Pura Pucak Bukit Sinunggal, DTW Spiritual di Bali Utara

Pura Pucak Bukit Sinunggal, DTW Spiritual di Bali Utara

Jika sedang berwisata di Kabupaten Buleleng, mampirlah ke Pucak Bukit Sinunggal yang merupakan salah satu Pura Dang Kahyangan di Bali Utara. Daya Tarik Wisata (DTW) spiritual ini terletak di Desa Tajun, Kecamatan Kubutambahan. Lokasinya, mudah dijangkau dari Kota Kabupaten Buleleng ataupun dari kota kabupaten lainnya di Pulau Dewata. Selain menawarkan suasana sejuk, objek wisata kuno ini menawarakan aura positif yang dapat membangkitkan rasa tenang dan damai.

Jika membaca buku “Pura Bukit Tunggal Dalam Prasasti” yang disusun Ketut Ginarsa, Balai Penelitian Bahasa, Singaraja, 1979, pura ini memiliki sejarah yang sangat tua. Sebelum tahun 914 Masehi, pura ini menjadi milik raja yang dipuja masyarakat Bali Utara pada zaman itu. Sekarang, masyarakat dari berbagai daerah di Buleleng, bahkan di Bali sering memanfaatkan sebagai tujuan wisata spiritual, tempat memohon keselamatan.

Ada satu hal menarik terkait dengan keberadaan Pura Bukit Sinunggal ini. Di pura ini, pendiri Kota Singaraja, Ki Barak Panji Sakti pernah mengucapkan kaul. Kisahnya, dimulai saat Panji Sakti hendak menyerang Blambangan pada abad ke-10. Ketika itu, dalam perjalanan menuju Blambangan, Panji Sakti kehilangan arah di lautan dan tidak melihat apa pun. Dalam kepanikan itu, ia memohon kepada Ida Batara Lingsir Manik Astagina Bukit Sinunggal agar diberi petunjuk jalan agar tidak tersesat. Untuk itu, Ki Barak Panji Sakti berkaul akan mengaturkan 6 ekor kerbau.

Benar saja, sejurus kemudian muncul cahaya yang menuntun Panji Sakti, sehingga sampai ke tujuan dengan selamat dan memperoleh kemenangan. Selain itu, Pura Bukit Sinunggal juga sering disebut “Besakih”-nya Buleleng lantaran semua pelinggih yang ada di Besakih terdapat pula di pura ini.

Menurut Jro Mangku di pura tersebut, hal itu dikarenakan alasan teknis. Pada zaman dulu, karena kesulitan kendaraan, masyarakat Bali Utara menemui hambatan bila hendak menuju Pura Besakih. Padahal mereka harus melaksanakan upacara meajar-ajar usai upacara ngaben ke Pura Besakih, Karangasem. Untuk mengatasi kesulitan perjalanan itu, dibuatkanlah pelinggih seperti di Besakih, sehingga warga Bali Utara bisa menuntaskan upacaranya di Tajun saja, bukan ke Besakih. (BTN/bud)

Posts Carousel

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked with *

Latest Posts

Top Authors

Most Commented

Featured Videos

Need Help? Chat with us