“Remembering Made Wianta” di Komaneka Keramas Beach

“Remembering Made Wianta” di Komaneka Keramas Beach

Karya seni dan warisan legendaris maestro, Made Wianta dipamerkan di Komaneka Keramas Beach. Pameran bertajuk “remembering Made Wianta” ini menampilkan karya-karyanya dari beberapa periode, seperti lukisan periode Karangasem, Periode Kaligrafi dan lainnya. Karya-karyanya itu telah berumur tua, seperti dibuat pada tahun 1978, 1987 hingga tahun 2015. “Ini karya Made Wianta yang saya koleksi sejak lama. Dalam pameran ini, sudah mewakili karya Made Wianta dalam beberapa periode,” kata Koman Wahyu Suteja, pemilik Komaneka Group disela-sela pembukaan pameran bertajuk “remembering Made Wianta” Minggu (20/12).

Pameran yang berlangsung hingga 31 Desember 2020 ini menampilkan 19 karya dengan beberapa periode. Sebanyak 7 karya tidak dijual karena umurnya boleh dibilang tua dan memiliki sejarah. “Sebagai rumah dari karya-karya seni di Bali, Komaneka mengadakan acara khusus yang dipersembahkan kepada maestro, Made Wianta yang berpulang pada tanggal 13 November 2020. Acara ini diselenggarakan dalam rangka memperingati hari ulang tahun sang maestro yang ke 71,” ungkapnya.

Karya-karya Made Wianta memiliki khas sendiri. Dalam pameran ini menampilkan karya periode Karangasem, dimana bentuk dan tekniknya seakan keluar dari tradisi, tetapi kekuatan Bali masih ada. Kedua bentuk dan bagian ke struktur sangat menarik, dan ketiga perode kaligrafi. “Saya ketemu pelukis yang bisa masuk dari berbagai lintas, ia memiliki konsep yang tak hanya mengajari orang, tetapi orang dipaksa untuk memikirkan untuk berpikir. Made Wianta itu memiliki karakteristik sangat beda, yaitu mampu membuat Bali dalam bentuk Wianta. Multi gaya, tetapi gaya yang satu dengan yang lain sangat beda,” imbuhnya.

Made Wianta, salah satu dari sekian banyak seniman legendaris yang karyanya telah dipajang di Galeri Seni Rupa Komaneka, Ubud selama bertahun-tahun. Sang maestro Wianta selalu tampil dengan ide-ide segar dan inovatif, sesuai dengan filosofi Galeri Komaneka yang selalu berusaha menampilkan karya yang fresh dan up-to-date dari masa ke masa. “Jujur, kepergian Wianta meninggalkan lubang besar dalam komunitas seni Bali, dimana seni kontemporer dipelopori olehnya. Namun warisannya, yakni karya seni yang dibuatnya serta sikapnya terhadap masalah sosial dan politik akan selamanya menjadi inspirasi bagi seniman Bali yang akan datang,” ungkap Koman.

I Made Wianta lahir pada 20 Desember 1949. Menempuh pendidikan di Sekolah Seni Rupa Indonesia (SSRI) Denpasar, berlanjut ke Sekolah Tinggi Seni Rupa Indonesia (STSRI) “ASRI” (kini Institut Seni Indonesia/ISI) Yogyakarta. Selain belajar gaya klasik wayang pada lukisan Bali di Kamasan, Klungkung, I Made Wianta juga memperdalam kemampuan melukisnya di Brussels, Belgia pada medio ’70-an. (BTN/bud)

Posts Carousel

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked with *

Latest Posts

Top Authors

Most Commented

Featured Videos

Need Help? Chat with us