Seni dan budaya Bali sangat dikagumi oleh masyarakat dunia. Karena itu, Sanggar Seni Citta Usadhi Mengwi, Kabupaten Badung, Provinsi Bali didapuk sebagai duta kesenian yang bakal tampil ke berbagai negara. Kali ini, sanggar yang didukung anak-anak muda ini berkolaborasi dengan seniman asing menyajikan Dramatari Arja berbahasa Inggris. Para penari menari Arja, metembang (vocal) menggunakan bahasa kawi atau bahasa Bali, namun berbicara atau menyampaikan kisah menggunakan Bahasa Inggris.
Aneh memang, tetapi sajian ini sangat menarik. Semua pemain menggunakan Bahasa Inggris, kecuali pada tembang yang menjadi ciri khas dari masing-masing tokoh, tetap menggunakan bahasa kawi, sehingga karakter dari kesenian arja itu masih kuat. “Semua pernari dipaksa berbahasa Inggris, karena penontonnya orang asing. Memang, mereka belum pasih berbahasa Inggris, tetapi paling tidak mereka bisa mengerti maksud yang disampaikan,” kata pemilik sanggar, Dr. Desak Made Suarti Laksmi, S.Skar., MA disela-sela latihan bertempat di Sanggar Citta Usadhi Mengwi, Minggu (12/2).
Dalam urusan tari dan tembang, anak-anak belia setingkat SMA da mahasiswa ini tak mengecewakan. Mereka, biasa mementaskan dramatari arja dalam segala event, termasuk pada Pesta Kesenian Bali tahun 2022 lalu, juga beberapa kali penyelenggaraan tahun sebelumnya. Mereka tampak tekun menghaval naskah, sehingga bisa tampil pasih, dan tanpa membawa teks lagi. Naskah sudah dipersiapkan oleh Nyoman Catra, pendiri yang juga pelatih sanggar seni itu. “Kami akan pentas dan memberi workshop di Holycross College, Buchnell University, Cornel University, Bard College dan tempat lainnya di East Coast Amerika Serikat,” ujarnya.
Sementara penabuh, merupakan dosen dan mahasiswa dari berbagai negara yang memiliki keterampilan dalam memainkan alat musik gamelan. Meski sebagai penabuh asing yang jauh dengan aktivitas budaya Bali, namun mereka memainkan gamelan dengan teknik yang kuat. Bilah-bilah gamelan itu dimainkan dengan lues dan memikat. Tabuh ‘pengarhajan’ memang baru dipelajari, namun mereka sudah memiliki bekal memainkan gamelan Bali yang telah dipelajari di negaranya. “Para penabuh ini adalah mahasiswa suami saya yang belajar memainkan gamelan di luar negeri,” ungkap Dosen Program Study Musik Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar ini.
Desak Suarti Laksmi bersama suaminya memang memiliki hubungan erat dengan pihak luar negeri, sehingga pecinta seni Bali dari luar negeri itu sering melakukan latihan di sanggar Citta Usadhi. Selain hubungan tersebut, Prof. Lynn Kremer dari College of the Holy Cross dan Prof. Bethany Collier dari Bucknell University yang mendorong, sehingga mereka berkomitmen mengajak anak-anak sanggar untuk memberikan pengalaman keluar negeri. “Mereka tahu kekuatan sanggar ini dalam olah vocal pengarjan, sehingga pertunjukan dikemas berupa seni dramatari arja sebagai repertuar. Bukan tari lepas, seperti biasanya,” lanjutnya.
Kisah yang diangkat dalam pementasan arja ini mengangkat judul Saraswati Puja, bukan cerita panji melainkan kisah Watugunung. Walau demikian, tetap memakai pola seni dramatari arja. Kisah yang menceritakan Saraswati sebagai pencerahan, sehingga sesuai dengan misi dari pertunjukan itu. Durasinya, sekitar 80 menit, yang pertunjukannya sudah terbentuk dengan baik. “Tim kesenian ini rencana berangkat pada 16 Pebruari 2023. Anggota sanggar sekitar 11 orang, dan 12 penabuh dari luar negeri,” ucapnya.
Tim kesenian ini bukan pentas di satu tempat, melainkan di banyak tempat, seperti di College of the Holy Cross di kota Worcesterdekat Boston Massachusetts, Bucknell University di Pennsylvania, Bard Collegedi Annandale-on Hudson, New York dan Cornell Universitydi Ithaca New York. Selain melakukan pementasan juga mengelar workshop-workshop yang menjadi tujuan dari misi kesnian ini. “Workshop yang diberikan mulai dari tari Bali, vocal, gamelan dan lainnya,” paparnya.
Penabuh dari berbagai negara ini, hanya bisa berkumpul dan melakukan latihan di Bali. Berlatih di Bali, memang keinginan mereka agar dapat beraktivitas seni di tengah-tengah pusat kesenian Bali. Mereka kebanyakan sudah biasa datang ke Bali, dan biasa memainkan gamelan Bali. “Jika di Bali mereka tinggal di rumah-rumah penduduk, sehingga bisa berinterasi langsung dengan penduduk setempat,” ujar Ibu dari tiga putra ini. (BTN/bud)
Leave a Comment
Your email address will not be published. Required fields are marked with *