Seka Gong Legendaris Pentas di PKB. Obati Kerinduan Penonton dan Seniman

Seka Gong Legendaris Pentas di PKB.  Obati Kerinduan Penonton dan Seniman

Para pengunjung Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-44 diajak bernostalgia dengan menyaksikan penampilan Gong Legendaris di Gedung Ksirarnawa, Taman Budaya Provinsi Bali (Art Center), Senin (20/6). Malam itu, menampilkan dua sekaa gong legendaris yakni Sekaa Gong Candra Pangan, Banjar Tagtag, Desa Sibanggede, Kecamatan Abiansemal, Badung dan Sanggar Karawitan Bungan Dedari ISI Denpasar menampilkan tabuh-tabuh legendaris karya para maestro.

Masing-masing sekaa gong legendaris itu tampial secara bergantian di hadapan penonton yang memenuhi tempat duduk di Gedung Ksirarnawa. Saking menikmati, penonton sampai berdiri dan sebagian lagi harus lesehan karena tak kebagian tempat duduk. “Parade Gong Kebyar Legendaris ini, tak hanya mengobati kerinduan penonton tetapi juga para seniman lawas untuk tampil kembali di PKB,” kata Koordinator yang Bendesa Adat Sibanggede, I Nyoman Surianta S.Sn, M.Si.

Meski usianya tak muda lagi, namun tetap energik untuk bermain instrument gamelan yang dipegangnya. Wajah mereka penuh ceria, bersemangat, dan antusias. Pasalnya, Sekaa Gong ini memiliki sejarah panjang di mana pernah menjuarai lomba gong kebyar terbaik se-Bali pada masanya, dan kini titampilkan kembali. Dalam penampilannya, Sekaa Gong Candra Panganmenyajikan karya-karya yang pernah ditampilkan pada masa keemasan mereka. “Kami sangat bersyukur ketika Sekaa Gong Candra Pangan mendapatkan ditunjuk untuk mengisi salah satu agenda di PKB,” ujarnya.

Sekaa Gong bernama Gong Putra Jaya terbentuk pada tahun 1950 bertempat di Desa Sibang Gede. Pada zaman itu, Sekaa Gong Putra Jaya melakukan peremajaan dan melahirkan Sekaa Gong lagi yang bernama Sekaa Gong Candra Pangan. Pada tahun 1971, Sekaa Gong Candra Pangan mendatangkan seorang pelatih yang bernama (Alm) I Wayan Sudarma dari Banjar Belaluan Sad Merta.

Pada tahun 1972, Sekaa Gong Candra Pangan meraih predikat terbaik dalam rangka Utsawa Mredangga Kecamatan Abiansemal. Begitu juga pada tahun 1978, Sekaa Gong Candra Pangan meraih predikat terbaik dalam rangka Festival Gong Kebyar se-Bali. Sekaa Gong Candra Pangan pada saat ini juga banyak melahirkan seniman besar yang berkecimpung di dunia karawitan Bali. Salah satunya, Alm I Nyoman Silaparta dengan ciri khas pukulan terompongnya. “Tahun 1978 Sekaa Gong Canda Pangan pernah berjaya, menjadi terbaik dalam Festival Gong Kebyar se-Bali. Karena itu, materi-materi yang pernah dibawakan pada zaman itu, kami hadirkan kembali di ajang PKB tahun ini,” ujar Surianta.

Selain membawakan materi-materi di masa keemasan Sekaa Gong Candra Pangan, ditampilkan juga para seniman lawas yang pernah tampil pada tahun 1978. Disinggung mengenai kesulitan dalam membangkitkan kembali tabuh-tabuh lawas untuk ditampilkan di PKB, menurutnya tidak ada kesulitan. Sebab sekaa gong ini masih aktif dalam tampil mengiringi acara adat, Dewa Yadnya, maupun Manusa Yadnya. “Sejatinya tidak terlalu sulit untuk membangkitkan tabuh-tabuh yang ditampilkan pada 1978 itu. Karena dalam keseharian, di Banjar Tagtag masih aktif kesenian ini baik untuk mengiringi acara adat, Dewa Yadnya, maupun Manusa Yadnya,” jelasnya.

Sekaa Gong Candra Pangan menampilkan tabuh-tabuh legendaris antara lain Tabuh Pisan Bangun Anyar yang diciptakan oleh maestro karawitan, Alm I Wayan Beratha pada tahun 1978, Tabuh Gegitan Gita Swadita yang diciptakan pada tahun 1978 oleh I Wayan Sinti dan I Nyoman Rembang, Tabuh Kreasi Purwa Pascima yang ditampilkan pertama kali saat Utsawa Mredangga Se-Kecamatan Abiansemal pada tahun 1972, dan Tari Demang Miring yang menceritakan tentang seorang raja yang berwibawa namun tetap memiliki jiwa yang lemah lembut.

Sedangkan dari Sanggar Karawitan Bungan Dedari ISI Denpasar juga menampilkan empat materi di antaranya Tabuh Kutus Pelayon yang diciptakan oleh maestro karawitan Bali I Wayan Beratha pada tahun 1984, Tari Trunajaya ciptaan I Gede Manik yang dipadatkan dari Tari Kebyar Legong, Tabuh Kebyar Dang Cita Utsawa taboh Kebyar yang diciptakan I Wayan Beratha pada tahun 1983, serta Tari Oleg Tamulilingan yang bertutur tentang sepasang kumbang jantan dan betina yang sedang menjalin asmara di sebuah taman bunga.

Koordinator Sanggar Karawitan Bungan Dedari ISI Denpasar, I Nyoman Kariasa mengatakan, untuk tampil di parade Gong Kebyar Legendaris ini, ISI Denpasar sengaja mendatangkan dua maestro yakni Ni Nyoman Candri dan Cok Padmini. Selain itu, pensiunan ISI Denpasar juga turut dilibatkan bersama para dosen dan mahasiswa. “Kami sengaja mendatangkan seorang maestro Ibu Ni Nyoman Candri dan Ibu Cok Padmini. Kali ini kita juga spesial mendatangkan para pensiunan ISI Denpasar yang pada zamannya tentu sangat intens dengan tabuh-tabuh ini, dan beliau lah yang dulunya menyebar luaskan tabuh-tabuh ini ke masyarakat,” ungkapnya.

Dengan ditampilkannya gong kebyar legendaris, Kariasa berharap penonton terutama generasi muda tidak hanya mengenal kesenian masa kini, namun kesenian di masa lampau. “Generasi muda harus tahu bagaimana maestro pada masa lampau memainkan instrumennya sendiri, dan bagaimana mereka mengorganize gamelan itu. Sehingga ini patut dilestarikan dan berkelanjutan,” pungkasnya. (BTN/bud)

Posts Carousel

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked with *

Latest Posts

Top Authors

Most Commented

Featured Videos

Need Help? Chat with us