Erlina Kang Adiguna, sosok wanita perintis perusahaan garmen Mama & Leon berpulang, Jumat (4/6) pukul 05.00 Wita. Jenasah pemilik usaha garmen terkenal di Pulau Dewata itu disemayamkan di Vihara Buddha Sakyamuni, Denpasar dari pukul 13.00 sampai sore ini. “Rangkaian acara lainnya yaitu memcaca Paritta avmg pukul 15:00 sampai selesai. Sore harinya, almarhum lanjut diberangkatkan untuk disemayamkan di Dhammadesa Baturiti. Untuk hari kremasi akan dilaksankan pada Jumat, 11 Juni 2021,” kata Ketua INTI Bali Sudiartha Indrajaya ketika dihuhungi lewat WhatsApp, Jumat (4/6).
Erlina Kang Adiguna yang akrab disapa Erlina Mama Leon merupakan perintis perusahaan garmen Mama & Leon. Di samping menjadi pengusaha sukses di bidang garmen dengan perusahaan “Mama & Leon” yang dirintisnya, almarhum merupakan salah satu tokoh Buddhis Bali yang sejak dulu dikenal aktif melakukan berbagai kegiatan sosial keagamaan dan pengembangan Dhamma di Bali, di luar Bali, bahkan di luar negeri, seperti Myanmar dan sekitarnya.
Almarhum juga menjadi penggerak umat di Bali, seperti menjadi penasehat Forum Ibu Buddhis (FIB) Bali, Penasehat Forum Ibu-ibu Buddhis, Ketua Umum Yayasan Kertha Yadnya, Pelindung di Vihara Buddha Sakyamuni, serta Ketua Kehormatan di Vihara Buddha Guna Nusa Dua. Jika dalam perayaan hari besar, almarhum juga sering merayakan dengan membuat garapan seni kerjasama dengan salah satu seniman Bali.
Dewa Ayu Wedanaasih pemiliki Sanggar Cahya Art yang sering diajak kerjasama dalam urusan seni mengatakan, Erlina Kang Adiguna sangat kreatif dalam urusan seni. Sejak 1996 Mama Leon dan Cahya Art sering diajak kerja sama penggarapan seni, baik berkaitan dengan ulang tahun Mama & Leon, maupun berkaitan dengan hari raya umat Budha termasuk didalamnya penghormatan kepada Sang Budha. “Lahirnya Tari Puja merupakan inspirasi dan dorongan dari baliau juga,” katanya.
Diakhir, 2019 Cahya Art diberikan kesempatan untuk mementaskan Tari Puja di India bersama penari dari umat Budhis. Memang, Tari Puja ditata untuk bisa ditarikan untuk dimana saja. “Artinya Tari Puja itu dibuat universal dan menyesuaikan dengan tempat dan situasi termasuk ditarikan untuk umat yang berbeda. Hal itu. tentu ada penyesuaian komposisi dan pola garapannya. “Pentas di India itu atas support dari Ibu Herlina dan umat Budhis Bali,” ungkap koreografer yang piwai merias ini.
Sementara drama yang berkaitan dengan spiritual umat Buddhis, ada sekitar 10 judul garapan yang merupakan inspirasi dari almarhum. Idenya kebih sering nyambung kalau akan menggarap seni, terutama dari segi kostum. Maklum, ia seorang disaind dan pemilik garmen. “Ibu Erlina pecinta seni budaya terutama kesenian Bali, kebaliannya melebihi saya dan istri sebagai orang Hindu Bali. Sementara beliau tidak ada sekat tentang itu. Kami sering saya dan diajak ke pura untuk mepunia, serta kegiatan sosial lainnya. Ibu senang berbagi kepada siapa saja dan tidak pernah memandang identitas sesorang,” kenangnya. (BTN/bud)
Leave a Comment
Your email address will not be published. Required fields are marked with *