Seni, Budaya, Adat dan Agama Hindu Bali sebagai Taksu Pariwisata Bali

Seni, Budaya, Adat dan Agama Hindu Bali sebagai Taksu Pariwisata Bali

Pekerja dan pelaku pariwisata Bali jangan pernah alergi dengan kegiatan budaya Bali. Sadar ataupun tidak, antara pariwisata Bali dan budaya Bali sangat erat kaitannya. Kalau buka sejarah perjalanan pariwisata Bali itu terjadi karena seni, budaya dan agama Hindu di Bali. Dari sisi alam, di luar Bali banyak ditemuka tempat yang lebih indah. “Seni, adat dan budaya Bali itu terikat menjadi satu seagai sebuah taksu. Itu yang tidak miliki negara lain. Nah, ini yang menjadi daya tarik pariwisata Bali yang sesungguhnya,” kata Ketua Bali Villa Association (BVA), Putu Gede Hendrawan, kemarin.

Jika seni, budaya, adat agama Hindu Bali ini terkikis, maka pariwisata Bali pun ikut terkikis. Karena pariwisata Bali itu tidak melihat hotel mewah, villa megah dan lainnya. Kalau saja disaradi, di luar Bali banyak akomodasi yang lebih mewah dan lebih nyaman, tetapi mereka datang ke Bali bukan mencari itu. Mereka datang ke Bali itu ingin mengetahui seni, dan budaya Bali. Mereka datang dan menonton kecak, barong. “Saya lama di Ubub, banyak wisatawan yang belajar usada. Mereka masuk ke pura ikut bersembahyang. Nah ini yang mereka ingin rasakan dan mencari yang sangat berbeda dengan tempat lain,” tegasnya.

Belum lagi ingin menyaksikan kegiatan ngaben yang unik, mendengarkan suara gamelan yang dimainkan dengan kreativitas tinggi serta dengan beragam macam jenisnya. Ini yang menjadi daya tarik wisatawan sesungguhnya ke Bali. “Nah, dari sinilah saya merenung, bahwa seni budaya dan adat memang harus kita ajegakan dan lestarikan, karena ini sebagai penunjang sector pariwisata. Kalau itu tidak ada, maka tidak ada yang orang yang datang ke Bali, karena apa yang mereka cari ke Bali,” papar Ketua Yayasan Paguyuban Kandapat Desa Sedang Badung ini.

Karena itu, ajak Jro Hendra sapaan akrabnya, sebagai pekerja pariwisata paling tidak harus mengetahui budaya bali itu, walau tifak menjadi pelaku. Dengan begitu, akan bisa memberikan informasi yang benar kepada para tamu. Wisatawan datang karena keunik Bali, sehingga mereka pasti menanyakan. “Nah, itu yang harus dijelaskan dengan detail, sehinga tidak terjadi salah informasi. Semua itu ada filosfi, arti dan maknanya. Jika itu tak dijawab dengan benar, apa jadinya pariwisata Bali yang berlandaskan budaya itu. Maka, ada baiknya pelaku pariwisata belajar paling tidak mengetahui budaya Bali, sehingga bisa memberikan informasi yang tepat,” tegasnya.

Bila perlu pemegang kebijakan yang memberikan label untuk menjadikan seseorang sebagai pelaku patiwisata mesti memberikan pengetahuan budaya Bali terlebih dahulu sebelum memberikan informasi kepada para tamunya. Sebelum resmi mengantongi sebagai guide atau pekerja pariwisata mesti mengetahui budaya Bali itu sendiri. “Paling tidak ada yang memberikan kelayakan untuk bisa menjadi seorang guide. Mereka itu datang menjadi pemberi informasi, sehingga terlebih dahulu harus memahami informasi yang akan diberikan,” pungkasnya. (BTN/bud)

Posts Carousel

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked with *

Latest Posts

Top Authors

Most Commented

Featured Videos

Need Help? Chat with us