“Tari Baris Sesandaran”, Sebuah Upaya Lestarikan Kesenian Barong Landung

“Tari Baris Sesandaran”, Sebuah Upaya Lestarikan Kesenian Barong Landung

I Gede Oka Surya Negara seorang pengajar di Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar tergugah hatinya untuk melestarikan kesenian Barong Landung di Banjar Kaliungu Kelod Denpasar yang telah mesineb (tersimpan) selama 17 tahun. Jika penyineban ini berlarut, tentu kesenian sacral ini lama-lama akan punah. Untuk itu, ia yang didukung Mahasiswa Seni Pertunjukan ISI Denpasar ini menata tari berjudul “Tari Baris Sesandaran” sebagai upaya melestarikan kesenian Barong Landung milik masyarakat Banjar Kaliungu Kelod Denpasar itu.

Dalam pengungkapan geraknya, tari ini dibalut dengan lantunan tembang dan berbalas pantun, yang di Bali lazim disebut dengan Sesandaran. Dua tokoh dalam Barong Pandung, yaitu Jero Gede dan tokoh Jero Luh menjadi inspirasi dalam penataannya. Tari ini ditarikan oleh 8 orang penari putra, diiringi gamelan Bebonangan dan Batel. Gerak tarinya merupakan kombinasi dari gerak Barong Landung dengan pola bebarisan yang dikembangkan. “Kami berharap tari ini mampu membangun memory kolektif pada masyarakat di Banjar Kaliungu Kelod pada khususnya dan masyarakat Bali pada umumnya,” ucapnya Surya Negara.

Tari ini digarap terkait dengan Hibah Penciptaan Seni Tahun 2021, oleh Lembaga Penelitian, Pengabdian kepada Masyarakat, dan Pengembangan Pendidikan (LP2MPP) Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar. Adapun Struktur disusunan agar dapat membangun wujud tari secara utuh, sehingga mampu membuat suasana tampak lebih dinamis. Struktur merupakan satu kesatuan, baik dalam tari maupun musik yang terjalin dalam satu bentuk karya dan saling mendukung. Tiap-tiap bagian musik memiliki suasana dan karakter yang berbeda untuk membantu membangun suasana yang ingin diungkap pada setiap bagian pola gerak tari.

Struktur garapannya terdiri dari pepeson, pengawit, pengawak, pengecet dan paad. Sementara materi gerak yang dipergunakan dalam Tari Baris Sesandaran masih berpijak pada pakem gerak tradisi tari Bali dan beberapa pengembangan sesuai dengan imajinasi penata, sehingga karya ini dapat memiliki identitas tersendiri. Pola-pola geraknya meliputi agem, mejalan, kipekan, jalan ngelayak, miles, nanjek, nyeregseg, nengkleng, nayog, dan ngoyod. “Kami sudah menyajikannya sebagai pembuktian akhir dari proses penciptaan,” sebut Dosen Jurusan Tari ISI Denpasar ini.

Untuk tata rias dan kostum, ditata oleh Ni Komang Sri Wahyuni. Rias wajah yang dipergunakan hanya memakai urna (cundang) warna putih dari bahan kapur untuk menampilkan kesan sakral, ekspresi kehendak dan ketulusan, serta lebih menekankan pada unsur persembahan. Bedak natural untuk menunjukkan kesan kesederhanaan. Sementara tata busana mempergunakan dominan warna hitam dan putih untuk menambah kesan religius. Tata busana yang dipergunakan terdiri dari baju, kain/kamen, saput poleng, badong, angkeb, semayut, keris, rambut dan udang.
Sedangkan property memakai sebatang dupa besar dihiasi dengan janur yang dibawa oleh masing-masing penari untuk menggiring penonton pada suasana religius.

Sedangkan music irirngan ditatat oleh I Gede Mawan, sehingga pertunjukan tari ini mampu membangun suasana dan dapat memberikan aksentuasi pada gerak tari. Tari Baris Sesandaran diiringi dengan gamelan bebonangan dan batel untuk menimbulkan nuansa Barong Landung. Struktur gamelan terdiri dari: kawitan, pepeson, pengawak, pengecet dan pekaad. (BTN/bud)

Posts Carousel

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked with *

Latest Posts

Top Authors

Most Commented

Featured Videos

Need Help? Chat with us