Ni Made Haryati S.Sn., M.Sn, seniman akademis ini baru saja menciptakan tari janger yang sangat menarik, juga unik. Dosen Program Studi Seni Tari, Fakultas Seni Pertunjukan (FSP), Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar itu menata Tari Janger “Nusantara Mahardika” dengan konsep Bhineka Tunggal Ika, melukiskan keberagaman sebagai sebuah kekuatan maha sakti. Uniknya, seniman akademis ini menggabungkan keberagaman kesenian dari berbagai daerah yang ada di nusantara. Janger itu te;ah dipentaskan dikawasan wisata Sanur, tepatnya di Pitaloka Sanur bertepatan dengan Hari Ulang Tahuan (HUT) Kemerdekaan Republik Indonesia, 17 Agustus 2022.
Keberagaman kesenian yang dituangkan dalam wujud seni tari dan seni vocal, sebagai wujud keberagaman kebhinekaan yang ada di Indonesia. Hal itu juga sebagai suatu kekuatan yang dimiliki untuk menjadi satu dan kuat untuk menuju kehidupan Indonesia yang harmonis, tentram dan damai di masa depan. Tari Janger Nusantara Mahardika ini terdiri dari, metode penciptaan, struktur pertunjukan, tata rias dan tata busana, serta iringan gamelan pertunjukan karya seni tari Janger Nusantara Mahardika.
Pementasan Janger satu ini, di tengah-tengah garapan itu menyelipkan keberagaman kesenian dari berbagai daerah di nusantara. Kesenian daerah itu, mulai tarian dari daerah Aceh sampai dengan Papua. Bahkan, bukan hanya memadukan tarian saja, tetapi juga mengkalorasikan lagu-lagu daerah masing-masing, sehingga unsur kedaerahan masing-masing di nusantara itu dipersatukan menjadi sebuah seni yang sangat indah. “Peringatan Hari Kemerdekaan RI menjadi moment pementasan karena sesuai dengan tema tari janger, yaitu Bhineka Tunggal Ika,” kata Haryati, Kamis (22/9).
Dosen Program Studi Seni Tari, Fakultas Seni Pertunjukan (FSP), Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar itu menegaskan, pementasan janger yang berdurasi sekitar 45 menit itu sengaja menyelipkan pesan kebhinekaan agar para generasi penerus tidak pernah berhenti untuk memupuk rasa persatuan dan kesatuan di dalam berbangsa dan bertanah air satu. Pelestarian seni budayanya ada, dengan tetap mengikuti pakem, seperti metode penciptaan, struktur pertunjukan, tata rias dan tata busana, serta iringannya. “Janger Nusantara Mahardika berbarengan dengan karya seni dua orang dosen pemenang dana DIPA P2S ISI Denpasar,” imbuhnya.
Penata tari daerah dipercaya pada Tudhy Putri Apyutea Kandiraras, S.Sn., M.A. dosen Program Studi Pendidikan Seni Pertunjukan, FSP ISI Denpasar. Gerak tari kekhasan daerah begitu tampak. Sementara penataan karawitan yang apik oleh Ni Putu Hartini, S.Sn., M.Sn dosen Prodi Seni Karawitan FSP ISI Denpasar, sehingga sejak awal hingga pertunjukan itu berakhir pesan perbedaan itu indah dibalut dengan sajian seni yang inovatf.
Haryati mengaku, ide garapan ini terinspirasi dari pertunjukan Fragmentari Wedantara yang mengungkapkan pendidikan karakter generasi muda dalam penyatuan nusantara yang disajikan melalui keindahan gerak tarian nusantara yang lemah gemulai, kostum disesuaikan dengan kebutuhan tarinya dan lagu-lagu nusantara. Tari Janger ini ditarikan oleh 8 orang penari wanita dan 8 orang penari pria. “Nusantara Mahardika adalah nilai-nilai luhur yang terdapat di seluruh wilayah kepulauan Indonesia, dan salah satu wujud nilai luhur tersebut adalah dengan keberagaman kebudayaan dan kesenian yang memiliki makna adi luhung,” ungkapnya. (BTN/bud)
Leave a Comment
Your email address will not be published. Required fields are marked with *