Pernah melihat Magoak-goakan di Kabupaten Buleleng? Tradisi asal Desa Panji, Kecamatan Sukasada itu tak hanya enak dimainkan, tetapi juga menarik untuk ditarikan. Gerak tarinya sangat dinamis, dan komposisinya menggunakan pola-pola gerak tari tradisi yang sudah ada sebelumnya, sehingga anak-anak setingkat SMP pun mampu membawakan dengan baik. Apalagi, dibarengi dengan ekspresi yang kuat, membuat tari putra itu menjadi lebih hidup. Nafas dari setiap gerak para penari mengalir mengikuti irama gamelan yang terkadang halus, dan tiba-tiba menghentak. Busananya mampu memperkuat karakter, bukan hiasan semata.
Itulah tari Magoak-goakan yang telah dilatihkan pada guru mata pelajaran Seni Budaya yang tergabung dalam Kelompok Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Seni Budaya SMP Kabupaten Buleleng. Pelatihan tari Magoak-goakan berjudul “Manajemen Pelatihan Tari Magoak-Goakan Guna Meningkatkan Kompetensi Tari Tradisional Bagi Guru Seni Budaya SMP Kabupaten Buleleng”, adalah Program Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar yang diketuai oleh Dr. Ni Luh Sustiawati, M.Pd, dan anggotanya Dr. I Nyoman Cerita, SST.,MFA; Ni Ketut Suryatini, S.SKar.,M.Sn; Gede Aldi Widiananda, dan Ni Luh Sucintya Christie Sagita dari mahasiswa Fakultas Seni Pertunjukan.
Menurut Sustiawati Tari Magoak-goakan ini terinspirasi dari seni tradisi Magoak-goakan yang menceritakan ulang sejarah kepahlawanan Ki Gusti Ngurah Panji Sakti ketika menaklukkan Kerajaan Blambangan di Jawa Timur bersama truna goak (rakyatmya). Tari Magoak-goakan merupakan sebuah karya tari bernilai artistik dan filosofis yang tinggi, bertemakan kepahlawanan, serta menggunakan gerak dan ritme sebagai media ungkapnya. “Pelatihan itu kami lakukan melalui dua tahap, yaitu pemberian materi secara teori terkait pengetahuan tari tradisional, dan pedoman manajemen pelatihan tari secara Dalam Jaringan (Daring). Kemudian menindaklanjuti dengan pelatihan tari Magoak-goakan secara tatap muka dengan memperhatikan Protokol Kesehatan (Prokes) Covid-19,” katanya.
Agar guru-guru itu cepat menguasai materi, Tim PKM ini menggunakan metode presentasi, demontrasi, dan praktik secara individu maupun kelompok. Metode ini dilengkapi dengan strategi pelatihan tari, yaitu Component Display Theory (CDT). CDT ini berisi tiga fase pembelajaran, yaitu presentasi, praktek, dan uji unjuk kerja. “Kami menggunakan model elaborasi dalam penuangan materi pelatihan, yaitu mempreskripsikan penggunaan urutan prasyarat belajar dan bagian-bagian urutan dari sederhana ke kompleks,” bebernya.
Hasil penilaian menunjukkan, seluruh peserta pelatihan mampu menarikan tari Magoak-goakan. “Mereka sangat terampil, sehingga memperoleh nilai berkisar 85-90 (Amat baik). Hasil jawaban angket bahwa materi, dan metode pelatihan sangat sesuai dan sangat jelas. Ini berarti, PKM ISI Denpasar telah mampu meningkatkan kompetensi guru pada tari tradisional,” ujar Sustiawati penuh semangat.
Untuk memstikan keberhasilan itu, Tim PKM ISI Denpasar melaksanakan pemantauan kemajuan program pelatihan tari Magoak-goakan di SMP Negeri 1 Singaraja, Minggu 10 Oktober 2021. Guru seni tari yang dilatih sebelumnya, telah berhasil meneruskan dan mengembangkan tari Magoak-goakan kepada peserta didik SMP Negeri 1 Singaraja. Peserta didik telah mampu menarikan tari Magoak-goakan secara terampil dan cekatan. “Itu artinya kompetensi dasar seni budaya kelas VIII semester 2 SMP/MTs yaitu memahami dan memeragakan tari tradisional telah dikuasai peserta didik,” tegas dosen seni ini serius. (BTN/bud)
Leave a Comment
Your email address will not be published. Required fields are marked with *