Tiga seniman muda berbakat dari Yogyakarta dan Bali menggelar pameran seni terbaru di ARTOTEL Sanur. Pameran berlangsung selama dua bulan, mulai 9 September – 9 November 2022. Pameran kali ini bertajuk “The Wounds That No One Can See” (Luka-luka Yang Tak Dapat Dilihat Siapa Pun) melibatkan Eka Sudarma Putra (Bali), Herman Priyono (Yogyakarta), dan Surya Subratha (Bali).
The Wounds That No One Can See merupakan pameran yang muncul dari percakapan erat dan personal setiap seniman yang terlibat. Mereka memiliki kesamaan melibatkan garis, bermain dalam zona hitam dan putih. Ketiga seniman menyambungkan perasaan serta isi pikiran mereka melewati pengalaman-pengalaman yang belum pernah mereka utarakan sebelumnya dalam sebuah pameran atau ruang publik.
Simbol-simbol yang bertebaran dalam karya-karya mereka menjadi tanda dan juga arti yang indah jika didiskusikan dengan para senimannya. The Wounds That No Once Can See menjadi
jembatan para seniman untuk dapat terhubung dan berkomunikasi dengan para penikmat seni, begitu pula sebaliknya.
Eka Sudarma Putra dikenal memiliki garis tebal yang tegas dan bermain melalui tekstur yang bisa di jumpai pada karya-karyanya. Karya yang ditampilkan kali ini banyak mengambil adegan keseharian desa Sanur. Mulai dari pantai Mertasari hingga salah satu pura penting yang tidak jauh dari lokasi ARTOTEL Sanur.
Sosok Herman Priyono tidak terlihat seperti karya-karyanya yang romantis sekaligus tragis. Salah satu karya Herman yang berjudul Heart of The Sea yang terlukis sebuah kepala wanita dalam bentuk lautan, ia ingin menyimbolkan betapa dalamnya hati seorang wanita melebihi dalamnya lautan. Herman menyertakan 3 karya baru dalam ukuran kecil yang terapeutik.
Surya Subratha menghabiskan kegiatan berkeseniannya antara Bali dan Yogyakarta, kali ini ia ingin menceritakan tentang pencarian sebuah Lingga-Yoni, sebuah ide yang ia temukan saat mencari Lingga-Yoni di seputaran candi di Yogyakarta hingga sebuah Lingga yang Yoninya hilang di Pejeng, Bali.
Pembukaan pameran The Wounds That No One Can See juga menampilkan seniman tari Ayu Anantha Putri yang merespon karya-karya dari ketiga seniman ini. Ayu Anantha adalah salah satu pendiri dari sanggar tari Kerta Art di Ubud, ia mengolah emosi luka dalam tarian yang melibatkan para undangan dan seniman untuk menggerakkan tariannya. Memperlihatkan bahwa, luka yang tidak dapat dilihat, sesungguhnya melibatkan banyak emosi dari berbagai energi yang menerimanya.
General Manager ARTOTEL Sanur – Bali, Agus Ade Surya Wirawan mengatakan, suatu kehormatan bagi ARTOTEL Sanur untuk dapat bekerja sama dengan seniman Yogyakarta dan Bali lewat kesamaan yang melibatkan garis, dan juga bermain dalam zona hitam dan putih. Kami berharap pameran The Wounds That No One Can See ini dapat dinikmati oleh semua kalangan pencita seni kontemporer Indonesia di Bali dan khususnya tamu ARTOTEL Sanur – Bali. “Pameran ini dapat dikunjungi dari 9 September – 9 November selama 24 jam setiap hari di Artspace ARTOTEL Sanur,” tutupnya. (BTN/bud)
Leave a Comment
Your email address will not be published. Required fields are marked with *