Tim Penyuluh Bahasa Bali Konservasi Lontar Milik I Made Suarsa

Tim Penyuluh Bahasa Bali Konservasi Lontar Milik I Made Suarsa

Festival Konservasi Lontar serangkaian Bulan Bahasa Bali ke-5 di Kabupaten Tabanan berlangsung di Banjar Kuwum Mambal, Desa Kuwum, Kecamatan Marga. Tim Penyuluh Bahasa Bali di Kabupaten Tabanan yang berkolaborasi dengan Dinas Kebudayaan (Disbud) Provinsi Bali itu melakukan perawatan dan konservasi lontar di rumah masyarakat, I Made Suarsa. “Di sini, Tim Penyuluh mengkonservasi sebanyak 15 cakep lontar serta 1 buah Tika (Kalender Tradisional Bali Kuno),” kata Baga Lontar Penyuluh Bahasa Bali Kabupaten Tabanan, I Nyoman Widana, A.Ma., S.Pd.B., M.Pd.H, Rabu (22/2).

Dari 15 cakep lontar yang ada, Tim Penyuluh hanya bisa mengidentifikasi sebanyak 14 lontar saja. Sementara 1 cakep lontar tidak bisa diidentifikasi karena kondisi yang rusak. Disamping itu, dalam 1 cakep lontar tersebut terdapat beberapa jenis lontar, sehingga tidak dapat megindentifikasinya. Kondisi lontar-lontar tersebut dalam kondisi baik, karena telah dirawat dengan baik. Walau demikian, ada beberapa lontar yang telah dimakan rayap. “Lontar tersebut disimpan dalam keropak dan diletakkan di Piasan Merajan,” ucap Widana.

Setelah melakukan konservasi dengan menghadirkan Tim Penyuluh Bahasa Bali dari Disbud Provinsi sebanyak 4 orang, dari Penyuluh Bahasa Bali sebanyak 18 orang yang terdiri dari 5 orang pengurus kabupaten, dan 13 orang dari penyuluh bahasa Bali yang bertugas di masing-masing desa dinas se-Kecamatan Marga itu berhasil mengidentifikasi lontar yang ada. Tim mengindentifikasi sebanyak 5 jenis lontar, yaitu Lontar Tutur, Wariga, Kekawin, Kanda dan Lontar Usadha.

Dari 5 jenis lontar tersebut, Tim Penyuluh Bahasa Bali juga berhasil mengidentifikasi sebanyak 14 judul lontar. Judul lontar tersebut, antara lain Pandewa Sraya, Wekasing Aksara Mawisesa, Tutur Sang Hyang Wiswakarma, Padewasan, Panlasaning Tutur Utama (Kuranta Bolong), Witing Tastra Hanacaraka, Mantran Wong Agring, Wariga (Padewasan), Kakawin Niwatakawaca, Sanghyang Durga, Usadha Sakaluir Ipinakit, Krakah, Iti Paputusan ri Sarira, dan Wariga (Padewasan).

Lontar tersebut dalam kondisi yang sangat baik karena pemiliknya telah merawat dengan baik. Setiap hari Raya Saraswati, lontar-lontar ini diupacarai. Sebelum melakukan upacara, pemilik lontar ini mengawali dengan membersihkan lontar-lontar tersebut dari debu, namun tidak menggunakan minyak sereh sebagai pengawet. “Karena itu, selain mengkonservasi lontar yang ada, kami juga memberitahukan kepada pemilik lontar cara merawat, dengan menggunakan minyak sereh,” paparnya.

Widana mengatakan, konservasi lontar ini diawali dengan Maturpiuning (upacara) dari pemilik lontar. Setelah itu, baru melakukan konservasi dan identifikasi, yaitu membersihkan dari debu menggunakan kuas halus. Jika ada tulisan yang buram dan kurang jelas, maka dilakukan penghitaman dengan buah kemiri yang dibakar dan sudah dihaluskan. Kemudian, proses pembersihan lagi, dan setelah betul-betul bersih dilanjutkan pembaluran dengan minyak sereh yang sudah tercampur dengan alcohol. Setelah itu, lontar kemudian diangin-anginkan dengan tujuan supaya cepat kering. “Kami kemudian mengidentifikasi dengan cara membaca kalimat awal dan kalimat akhir pada lontar, serta mencari judul serta katagori jenis lontar,” jelasnya.

Pemilik Lontar, Suarsa mengucapkan terimakasih kepada Pemerintah Provinsi Bali, Gubernur Bali yang telah melaksanakan ajang Bulan Bahasa Bali sebagai bentuk menjaga dan melestarikan aksara, bahasa dan sastra Bali. Demikian pula, Disbud Provinsi Bali bersama Penyuluh Bahasa Bali telah melaksanakan Festival Konservasi Lontar, sehinga tetamian lelangit yang berupa Naskah Lontar tetap terawat dan terjaga dengan Baik. “Dari festival ini, lontar warisan leluhur kami menjadi terawat,” ucapnya penuh syukur. (*)

Posts Carousel

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked with *

Latest Posts

Top Authors

Most Commented

Featured Videos

Need Help? Chat with us