Mengalirnya kunjungan wisatawan domestik (wisdom) maupun wisatawan mancanegara (wisman) ke Pulau Dewata, memberikan dampak positif terhadap pengelola villa. Artinya, di tengah menggeliatnya pariwisata yang masih di masa pandemi ini, villa-villa juga menjadi pilihan wisatawan. “Kelonggaran kebijakan bagi Pelaku Perjalanan Luar Negeri (PPLN) dan Perlaku Perjalanan Dalam Negeri (PPDN) berdampak pada pariwisata khususnya di kawasan Seminyak dan Canggu,” kata Penasehat Bali Vila Association (BVA) Gede Ricky Sukarta, belum lama ini.
Paling tidak, lanjut Nik Sukarta sapaan akrabnya, akomodasi di kawasan Seminyak dan Canggu telah terisi 20% – 30%. Sebut saja Villa Kayu Raja yang dikelolanya, pada minggu kemarin terisi 70%, tetapi 100% diisi domestik dan ada pula beberapa bule yang longstay. Meski terisi 70%, namun harga yang ditawarkan adalah harga pandemi, sehingga belum sepenuhnya menutupi biaya operasional. “Pariwisata dan ekonomi Bali akan terangkat jika okupansi terisi wisman minimal 25% dan tentunya mix dengan ditambah wisatawan domestik. Karena melayani tamu domestik jauh lebih berat, karena disamping secara umum staynya harian dan bahkan hanya semalam dan disi lain juga beban kerja para housekeeper menjadi tantangn dan jg berdampak ke cost of salesnya demikian pula energy cost agak tinggi karena secara umum mereka memkai fasilitas villa, meski kita tak boleh pilih-pilih tamu,” papar General Manager (GM) Villa Kayu Raja ini dengan nada serius.
Sekretaris Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Badung menambahkan, jika dilihat rasio antara supply dan permintaan, di Bali ada 150 ribu kamar hotel dan vila baik berbintang maupun tidak berbintang, dengan kedatangan wisdom 10 ribuan dan wisman 3 ribu – 5 ribu misalnya berarti baru ada tamu2 yang akan mengisi kamar2 di Bali 15.000an , sementara kamar yang tersedia lebih dari 150.000an kaamar sehingga masih ada kamar -+ 135 ribu room belum terisi . Itu artinya, belum menutupi supply yang ada. “Break Even Point (BEP) akan terjadi jika ada wisatawan minimal 50 ribu – 65 ribu,” untuk mengisi kamar2 di bali artinya dengan sikon begini dan keterbatsan yang sangat banyak apalgi mau re opening sangat berat. ucapnya.
Nik Sukarta kemudian berharap lebih banyak negara yang dilonggarkan untuk datang ke Pulau Dewata, terutama dari Eropa. Walau, wisatawan Eropa itu musim liburannya terjadi pada Juni – Juli. “Pada bulan-bulan ini akan menjadi harapan bagi pariwisata Bali, termasuk kami pengelola villa. Sementara Maret – Mei, kami manfaatkan sebagai ajang promosi mengoptimalkan kunjungan pada musim liburan. Mei sebagai exercise dan kami berharap dari tamu domestik dengan adanya moment Idul Fitri,” ungkapnya. (BTN/bud)
Leave a Comment
Your email address will not be published. Required fields are marked with *