‘Lontar Nawa Ruci’ memiliki makna penting bagi kehidupan masyarakat Bali. Karena itu lontar tersebut dibedah dalam kegiatan widyatula (beda lontar) serangkain Bulan Bahasa Bali Tahun 2023. Kegiatan itu dilakukan secara Dalam Jaringan (Daring) melalui zoom meeting pada Selasa (14/2). Dalam memaknai secara dekonstruktif, lontar tersebut mengajak untuk menghormati laut selayaknya menghormati diri sendiri.
Diskusi menghadirkan narasumber Dr. I Nyoman Sukartha M.HUm yang dimoderatori I Made Muliartha S.Pd M.Pd. Narasumber I Nyoman Sukartha menjelaskan, intisari dari lontar Nawa Ruci sejatinya adalah tentang jalan-jalan menuju kebenaran berdasarkan atas Tri Kaya Parisudha. Nawa Ruci sendiri adalah sembilan pengetahuan atau sembilan kecerdikan dalam dalam hidup untuk mendapatkan kebahagiaan jasmani rohani.
Dalam Lontar Nawa Ruci diceritakan Sang Bima menuruti perintah Guru Drona untuk mencari Tirta Pawitra di tengah samudra. Demi kesetiaan terhadap guru, Bima tak berpikir panjang lagi dan segera mencemplungkan dirinya ke tengah samudra. Meski tahu, dalam perjalanannya akan banyak menghadapi rintangan.
Bima berhasil meraih Tirta Pawitra setelah bertemu dan mendapat petunjuk dari Dewa Nawa Ruci (Sanghyang Acintya). “Dari ajaran Nawa Ruci, Bima mendapatkan tentang kebenaran sejati serta awal mula terciptanya Bhuwana Agung dan Bhuwana Alit. Dari sini, Bima mulai sadar dan mengenal dirinya sendiri serta dapat bertemu dengan kebenaran sejati (Sanghyang Acintya),” ujarnya.
Sukartha melanjutkan, jika dikaitkan dengan tema Segara Kerthi, benang merahnya adalah laut sebagai sumber kehidupan manusia yang disebut dengan semara pada. Sebagai sumber kehidupan, laut wajib dihormati dan dijaga selayaknya memperlakukan diri sendiri dengan baik. “Kalau Lontar Nawa Ruci ini dikaji, sebenarnya sumber kehidupan manusia ada di laut yang dinamakan semara pada. Tirta Pawitra, tirta suci air penghidupan ada di dalam laut di semara pada. Jadi, hormatilah laut seperti anda menghormati diri sendiri,” jelasnya.
Sebagai sumber kehidupan, lanjutnya, jangan menyepelekan laut dengan mengotorinya. “Sebagaimana tubuh jika sakit harus diobati dan diberi perhatian, begitu juga dengan menghormati laut. Jangan buang sampah ke laut. Sebab di laut ada ekosistem yang juga memberikan kehidupan bagi manusia,” pungkasnya. (BTN/bud)
Leave a Comment
Your email address will not be published. Required fields are marked with *