Jika busan menikmati menu yang itu-itu saja, sekali waktu cobalah menyantap aneka menu unik dan enak di 87 Grilled House. Tempat makan yang berada dikawasan di Jalan Melasti Legian (area Pasar Seni Legian, seberang Kimia Farma) ini menyajikan menu spesial Gerang Asem dan Sate Babi sambal “Awag” . Kedua menu ini paling sering diburu oleh pecinta kuliner. “Kami, memiliki pelanggan yang sengaja datang dari Gianyar hanya untuk menikmati kuliner itu,” kata Jack didampingi Dewa Danu selaku pemilik warung 87 Grilled House itu.
.
Kuta dan Legian sebagai kawasan wisata favorit, memang terkenal dengan kuliner khas Bali, terutama olahan daging babi. Sebagai pendatang baru, 87 Grilled House juga memiliki banyak pelanggan. Aneka menu yang disajikan memiliki taste yang sangat khas. Memang, bahan dasar dari ke dua menu itu biasa saja, yakni daging babi dan “base genep” (bumbu bali lengkap) untuk bahan dasar sate babinya. Sementara untuk menu gerang asem menggunakan bahan labu dan bumbu rajang.
Cara penyajiannya juga beda, sehingga menarik minat orang untuk mencicipinya. Nah yang membedakannya disini adalah sambal pendamingnya yang mereka sebut sebagai sambal “awag”. “Kenapa sambal awag? Karena, ketika saya membuat dengan serius justru pelanggan saya komplin kok rasanya gak enak. Maka, dari sanalah inspirasi nama sambal awag ini,” kata Jack yang juga pencetus sambal awag itu.
Satu porsi menu sate babi dibandrol seharga Rp 20 ribu dan gerang asem Rp 15 ribu. Harganya tergolong murah jika dibandingkan dengan menu sejenis di tempat lain.
Tidak hanya itu, tempat ini juga menyediakan menu lainnya seperti sate ayam, crispy pork belly, ayam bakar dan tersedia juga menu magibung dengan isi sate babi atau ayam, sambal awag, tipat atau lontong. Ya, jadwalkan waktu untuk menikmati menu itu. 87 Grilled House dibuka dari 15.00 wita hingga habis.
Lalu terkait dengan penerapan Protokol Kesehatan (Prokes)? Warung 87 Grilled House telah menerapkan prokes secara ketat. Fasilitas mencuci tangan diletakan di pintu masuk angkringan, sehinga mudah dilihat dan dijangkau para pelanggan. Sementara hand sanitezer berada di setiap meja makan. “Jarak meja juga sangat diatur, jika sebelum pandemi satu meja bisa ditempati sebanyak 4 orang, namun kali ini hanya 2 orang saja. Jika pelanggan membludak, maka hartus siap antre. Kami juga melakukan pembersihan areal dengan menggunakan disinfectant,” tutupnya senang. (BTN/bud)
Leave a Comment
Your email address will not be published. Required fields are marked with *