Dalam suasana hari raya dan menjelang dibukanya border pariwisata Bali, suasana hotel di kawasan wisata Ubud sepi. Kunjungan terus melorot, hingga isian kamar hotel mencapai 10%, 5%, 1 %, bahkan ada yang sampai 0%. Kalaupun terisi itu hanya pada saat long weekend saja. Turunnya hunian hotel, mulai dirasakan sejak Februari 2021. Segelintir pegawai hotel bukannya masuk kerja bukan untuk melayani tamu, tetapi hanya menjaga dan merawat, maintenance hotel saja agar tidak cepat rusak dan ”taksu” tidak hilang. Tentunya, dengan dukungan pemilik maupun karyawan yang saling pengertian dalam kondisi saat ini.
Ubud yang dinyatakan sebagai Zona Hijau bersama Sanur serta Nusa Dua sampai s ejauh ini belum memberikan dampak positif terhadap tingkat hunian kamar hotel. Di sisi lain, proses vaksinasipun sudah digencarkan oleh pemerintah daerah setempat. General Manager (GM) Tejaprana Resort and Spa dan Tejaprana Bisma, Andra Djajadiningrat mengatakan, sampai saat ini Rabu (21/4), hotel yang dikelolanya belum terlihat ada peningkatan yang berarti. Memang, sejak Januari 2021 ada peningkatan pada saat long weekend saja. Namun, kini setelah puasa, kunjungan kembali sepi. Hal yang sama juga dirasakan GM Purana Suite Ubud dan Purana Boutique Resort, I Ketut Warasana. Hunian hotelnya rata-rata masih 0-5% dari total jumlah kamar. Tingkat hunian tetap, tidak ada kenaikan yang significant. “Kalau naik sedikit, itu karena weekend. Tetapi, belakangan ini terjadi penurunan karena wisatawan domestik banyak yang menunda liburannya.” ucap Warasana.
Demikian pula dengan Kayu Lama Villa yang huniannya masih berkisaran 20% dalam suasana hari raya saat ini. Resort Manager IGusti Oka mengatakan, pada awal Januari 2021 jumlah kunjungan lumayan bagus, tetapi pada bulan-bulan berikutnya jumlah kunjungan terus menurun. Daya beli masyarakat kelihatannya terus menurun akibat pandemi yang belum mereda. Sementara Anumana Ubud hotel occupancy masih sama, yaitu rata-rata dibawah 10%. Melihat kondisi itu, GM Gede Edi Artana tidak bisa berbuat banyak untuk meningkatkan kunjungan karena situasi pariwisata memang sepi, bahkan mati. “Kami menawarkan paket-paket kunjungan, namun tetap saja sepi,” imbuhnya.
GM Kastara Resort and Spa, Wayan Mudatra mengatakan, hotel yang dikelolanya sudah biasa dengan occupancy 0%. Namun, belakangan mulai bergerak dan ada peningkatan, sekalipun itu tidak banyak. Itu karena market segment yang disasar terus menyempit hanya menghandalkan staycation. Kenaikan yang relative kecil ini, disebabkan oleh adanya kejenuhan bagi saudara kita terhadap pembatasan bersekala besar maupun mikro. Mereka juga ingin menyesuaikan kebiasaan Era baru dengan melaksanakan protokol kesehatan yang sangat ketat. “Di hotel kami pun menerapkan prokes untuk mencegah penyebaran Covid-19. Maka itu, kami berharap border pariwisata segera dibuka,” ucapnya.
GM The Sanctoo Villa and Resort, Putra Subali mengatakan, hunian kamar hotel sangat rendah di periode Galungan dan Kuningan. Kemudian untuk Lebaran juga sama karena kebijakan tidak boleh mudik lebaran dan bepergian. Walau sempat sedikit naik, itu dikarenakan long weekend dan hari libur nasional. Meski hunian hotel terus merosot, namun pihaknya berharap hotel harus tetap dibuka. Tujuan agar bisa menjaga operasional dan kebersihan. Apabila dilakukan penutupan total , konsekuensi yang ditimbulkan malah kerusakan properti furnitur dan lainnya. “Untuk itu, kami mendukung pemerintah mempercepat proses vaksin sampai ke seluruh lapisan masyarakat, sehingga negara kita lebih percaya diri untuk menyambut kembali tamu asing yang masuk ke Indonesia, khususnya Bali,” ucapnya.
Para GM dan pengelola hotel ini, kemudian kompak mengatakan, sebagai solusi untuk memperbaiki hunian hotel, yakni dengan cara membuka border yang telah diwacanakan pemerintah. Jika border dibuka, maka pihaknya selaku pengelola hotel ini merasa ada harapan untuk memperbaiki nasib. Juga kebijaksanaan yang lebih “tailor-made” untuk Bali. “Konskuensinya, semua harus merapkan Prokes dengan disiplin dan konsisten. Kita di dunia pariwisata sangat berharap kepada pemerintah harus tegas menindak pelanggar prokes, agar disiplin menjalankan Prokes 3 T, 5 M, untuk menekan penularan Covid. Ini sebagai keseriusan kita, bahwa Indonesia terutama Bali , benar-benar siap untuk menerima kedatangan tamu International. Karena kami di hotel telah menerapkan secara ketat,” ucap para GM itu kompak. (BTN/bud)
Leave a Comment
Your email address will not be published. Required fields are marked with *